Federasi
Sepakbola Dunia (FIFA) Secara resmi telah menjatuhkan hukuman kepada federasi
sepakbola Indonesia (PSSI) Melalui surat yang diberikan pada 29 Mei 2015.
Akibat dari sanksi tersebut tentunya sepakbola Indonesia akan mendapatkan
kerugian besar seperti tidak bisanya sepakbola Indonesia untuk mengikuti
kompetisi antar klub resmi FIFA dan juga AFC.
Dengan
adanya sanksi FIFA Tersebut timnas U-16 dan U-19 sudah dipastikan tidak bisa
mengikuti turnamen antar klub asia pada sea Games 2015 ini terkecuali timnas
U-23 yang sebelum sanksi itu ada mereka sudah berjalan. Hal ini mendapatkan
berbagai pendapatkan pro dan kontra dari berbagai pelosok negeri ini, ada yang
bilang jika ini sanksi maka akan lahir dunia baru bagi sepakbola Indonesia
untuk berkembang, namun di sisi lain, dengan pembekuan ini maka perkembangan
sepakbola Indonesia akan semakin sulit untuk maju.
Sanksi FIFA
yang tertulis dalam surat resmi tersebut memeberikan syarat kepada PSSI jika
masih ingin berlaga dalam kompetisi eropa dan jika syarat itu dipenuhi maka
sanksi tersebut akan dicabut, berikut syarat yang FIFA berikan kepada PSSI
dalam surat tersebut :
·
Komite PSSI
yang terpilih mampu mengelolah urusan PSSI secara independen dan tanpa pengaruh
dan campurtangan dari pihak ketiga termasuk menteri atau lembaganya.
·
Tanggungjawab
untuk tim nasional Indonesia wewenangnya dikembalikan kepada PSSI Sepenuhnya
bukan badan lainnya
·
Tanggungjawab
Semua Kompetisi PSSI Dikembalikan wewenangnya kepada PSSI atau liga yang berada
dibawahnya dan
·
Semua klub
yang mendapatkan lisensi dari PSSI Berdasarkan regulasi lisensi klub PSSI Mampu
bersaing di kompetisi PSSI.
Dengan
adanya syarat tersebut, sudah pasti PSSI-lah yang berkewajiban untuk mengurus
semuanya bukan politik dan lembaga lain yang ikut mencampuri urusan sepakbola
Indonesia, Jika satu lembaga saja bisa mengurusi tanpa ada campur tangan yang
lain yang kita tahu memiliki kepentingan sepihak maka sudah pasti FIFA akan
memberikan hukuman hal serupa dan sepakbola Indonesia tak akan pernah bisa
berkembang sampai kapanpun. Semoga saja ada solusi baik demi kemajuan sepakbola
dan generasi berikutnya untuk sepakbola Indonesia
Indonesia
menanggung kerugian berlapis setelah Komite Eksekutif FIFA menangguhkan
kegiatan PSSI atas pelanggaran Pasal 13 dan 17 Statuta FIFA terkait campur
tangan pemerintah dalam urusan asosiasi. Semua klub Indonesia dan tim nasional
dilarang ambil bagian dalam agenda kompetisi yang diselenggrakan Asia (AFC) dan
dunia (FIFA). Namun tim nasional U-23 Indonesia masih diizinkan berpartisipasi
dalam SEA Games 2015 di Singapura.
Selain itu pihak penyelenggara juga terpaksa mengubah jadwal pentandingan dan melakukan pengundian ulang terkait dicoretnya Indonesia dari ajang internasional. Berikut kerugian yang diderita Indonesia dilansir dari situs resmi AFC, Rabu:
1. Piala Dunia Rusia dan Piala Asia Uni Emirat Arab
Indonesia semestinya berada di Grup F Babak kualifikasi putaran kedua namun telah dikeluarkan dari kompetisi. Semua pertandingan yang telah dijadwalkan (Cina Taipei v Indonesia 11 Juni dan Indonesia v Irak 16 Juni) telah dibatalkan.
Imbasnya pada
kompetisi adalah perhitungan tim terbaik di posisi kedua klasemen fase grup
dalam turnamen akan merujuk pada surat edaran yang telah dikeluarkan Asosiasi
Anggota pada 29 April 2015. Semua pihak yang terkena dampak telah diberitahu.
2. Kualifikasi AFC U-16 dan AFC U-19
Indonesia dicoret dari daftar peserta kompetisi AFC U-16 dan AFC U-19 serta tidak ikut undian pada tanggal 5 Juni. Absennya Indonesia memaksa mekanisme undian diperbarui kendati tidak mempengaruhi jumlah grup dalam kompetisi.
3. Kejuaraan Regional Wanita AFC U-14
Indonesia dikeluarkan dari Grup A sehingga baik Grup A dan Grup B sama-sama memiliki empat tim yang berpartisipasi. Perubahan ini akan mempengaruhi tanggal dimulainya kompetisi Grup A menjadi 23 Juni (sebelumnya 20 Juni).
4. Kejuaraan Futsal Wanita AFC Malaysia 2015
Nama tim Indonesia tidak tertera didaftar peserta sehingga mekanisme undian diperbarui kendati tidak mempengaruhi jumlah grup dalam kompetisi.
5. Kejuaraan Futsal AFC 2016 (kualifikasi zona AFF)
Indonesia awalnya ditunjuk tuan rumah kompetisi ini namun pihak otoritas berwenang kemudian mencoret nama Indonesia dan memilih Uzbekistan 2016 menjadi penyelenggara.
6. Piala AFC 2015
Dua klub Indonesia yang lolos ke babak 16 besar Persipura Jayapura dan Persib Bandung resmi dicoret dari kompetisi ini. Sebelumnya Persipura tidak bertanding karena masalah visa tiga pemain Pahang FA.
7. Program pengembangan
Selama hukuman diterapkan, sepakbola Indonesia juga tidak mendapatkan program pembangunan AFC dan FIFA. Pejabat PSSI tidak diperbolehkan berpartisipasi dalam kursus pelatihan, seminar atau lokakarya AFC atau FIFA.
2. Kualifikasi AFC U-16 dan AFC U-19
Indonesia dicoret dari daftar peserta kompetisi AFC U-16 dan AFC U-19 serta tidak ikut undian pada tanggal 5 Juni. Absennya Indonesia memaksa mekanisme undian diperbarui kendati tidak mempengaruhi jumlah grup dalam kompetisi.
3. Kejuaraan Regional Wanita AFC U-14
Indonesia dikeluarkan dari Grup A sehingga baik Grup A dan Grup B sama-sama memiliki empat tim yang berpartisipasi. Perubahan ini akan mempengaruhi tanggal dimulainya kompetisi Grup A menjadi 23 Juni (sebelumnya 20 Juni).
4. Kejuaraan Futsal Wanita AFC Malaysia 2015
Nama tim Indonesia tidak tertera didaftar peserta sehingga mekanisme undian diperbarui kendati tidak mempengaruhi jumlah grup dalam kompetisi.
5. Kejuaraan Futsal AFC 2016 (kualifikasi zona AFF)
Indonesia awalnya ditunjuk tuan rumah kompetisi ini namun pihak otoritas berwenang kemudian mencoret nama Indonesia dan memilih Uzbekistan 2016 menjadi penyelenggara.
6. Piala AFC 2015
Dua klub Indonesia yang lolos ke babak 16 besar Persipura Jayapura dan Persib Bandung resmi dicoret dari kompetisi ini. Sebelumnya Persipura tidak bertanding karena masalah visa tiga pemain Pahang FA.
7. Program pengembangan
Selama hukuman diterapkan, sepakbola Indonesia juga tidak mendapatkan program pembangunan AFC dan FIFA. Pejabat PSSI tidak diperbolehkan berpartisipasi dalam kursus pelatihan, seminar atau lokakarya AFC atau FIFA.
PSSI sendiri
menerima surat dari FIFA tertanggal 4 Mei 2015, di mana isinya memperingatkan
agar permasalahan sepak bola Indonesia sebelum tanggal 29 Mei 2015. Ketua
Umum PSSI, La Nyalla Matalitti, berniat menyampaikan surat FIFA tersebut secara
langsung kepada Menpora Imam Nahrawi di kantornya, sayangnya politisi Partai
Kebangkitan Bangsa itu tak menemui PSSI.
Dalam surat
itu, FIFA menolak tegas adanya intervensi dari pemerintah terhadap sepak bola
di belahan dunia manapun. Mereka memberikan batas waktu hingga tanggal 29 Mei
2015 bagi PSSI dan Kemenpora untuk segera menemukan solusi.
"Kami
ingin menyampaikan surat FIFA pada pak Menteri yang intinya peringatan dari
FIFA sampai batas waktu tanggal 29 Mei 2015, intinya Menpora dan PSSI harus
duduk bersama menyelesaikan masalah ini, cabut pembekuan demi sepak bola
Indonesia," ujar La Nyalla di kantor Kemenpora, Selasa (5/5/2015).
"Jika
sampai tanggal 29 Mei nanti belum terselesaikan, maka dengan berat hati kita
tidak bisa ikut SEA Games, Pra Piala Dunia, AFF, dan AFC. Sudah jelas Indonesia
tidak bisa berhubungan dengan sepak bola Internasional jika sanksi itu
jatuh," lanjutnya.
(Surat dari
FIFA untuk PSS )
Mengenai
kegagalannya menemui Menpora, Imam Nahrawi, La Nyalla menambahkan, ini bukan
pertama kalinya dia mencoba menemui langsung ke Kemenpora. Namun, niat La
Nyalla bertemu Menpora tak pernah membuahkan hasil, kendati dia mengetahui
lewat informasi orang Kemenpora bahwa Imam Nahrawi berada di ruangan kantornya
saat dia berkunjung.
PSSI
sebelumnya memutuskan untuk meniadakan kompetisi ISL musim ini, setelah
keputusan pembekuan yang dilakukan Menpora. Selain itu, Menpora juga
menginstruksikan kepolisian untuk tidak memberikan izin menggelar pertandingan
ISL 2015. La Nyalla memiliki hasrat pribadi untuk segera menyelesaikan
kisruh dengan duduk bersama Menpora.
"Saya
bermimpi agar segera menyelesaikan masalah ini, sepak bola kita jalan lagi.
Saya duduk bersama dengan bapak Menpora, Imam Nahrawi. Jika ingin selesai,
kedua pihak harus sama-sama Legowo," pungkas La Nyalla.
FIFA Mengancam, Indonesia
Bersikukuh Bekukan PSSI
Pemerintah
Indonesia bersikukuh mempertahankan keputusan membekukan semua kegiatan
asosiasi sepak bola nasional PSSI, meskipun FIFA mengancam akan mengeluarkan
Indonesia dari kompetisi internasional.
Kementerian
Olahraga menerangkan sedang berusaha untuk melakukan perbaikan dan mungkin
mengirim tim untuk melobi Federasi Sepakbola Dunia FIFA, setelah lembaga itu
mengancam akan menjatuhkan sanksi dan melarang Indonesia ikut dalam kompetisi
internasional.
Peringatan
FIFA disampaikan lewat surat dan senada dengan surat-surat sebelumnya, FIFA
meminta pemerintah Indonesia tidak melakukan intervensi dalam organisasi
asosiasi sepakbolanya.
Sebelumnya
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nachrawi membekukan semua kegiatan
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) karena sengketa dan kisruh dalam
tubuh organisasi itu. Kementerian Olahraga menyatakan akan membentuk tim
transisi untuk menyelesaikan sengketa ini.
Menpora Imam
Nahrawi menerangkan, ia masih mendalami nama-nama yang akan mengisi tim
transisi dan akan mengumumkannya dalam waktu dekat.
FIFA tolak
intervensi pemerintah
FIFA
menegaskan bahwa otoritas pemerintahan tidak bisa mengintervensi aosiasi dan
asosiasi sepak bola yang berada di bawah naungan FIFA harus independen. Dunia
sepak bola Indonesia sejak beberapa tahun terakhir mengalami krisis mendalam
karena pertarungan klik-klik yang ingin menguasai PSSI, sehingga akhirnya
terbentuk dua liga Indonesia yang terpisah.
Sekretaris Jenderal FIFA Jerome Valcke menerangkan, pemerintah Indonesia harus mencabut keputusannya membekukan PSSI dan memberi batas waktu (deadline) sampai 29 Mei. Jika menolak, Indonesia akan terkena skors.Valcke menegaskan, pemerintah Indonesia melanggar aturan FIFA yang menetapkan bahwa semua asosiasi sepak bola harus mengelola urusan mereka secara independen, tanpa intervensi dari pihak ketiga.
Tanggal 29 Mei bersamaan dengan pemilihan ketua FIFA di Zurich, Swiss. Presiden FIFA saat ini, Sepp Blattter, mencalonkan diri lagi untuk masa jabatan ke-lima.|
Sekretaris Jenderal FIFA Jerome Valcke menerangkan, pemerintah Indonesia harus mencabut keputusannya membekukan PSSI dan memberi batas waktu (deadline) sampai 29 Mei. Jika menolak, Indonesia akan terkena skors.Valcke menegaskan, pemerintah Indonesia melanggar aturan FIFA yang menetapkan bahwa semua asosiasi sepak bola harus mengelola urusan mereka secara independen, tanpa intervensi dari pihak ketiga.
Tanggal 29 Mei bersamaan dengan pemilihan ketua FIFA di Zurich, Swiss. Presiden FIFA saat ini, Sepp Blattter, mencalonkan diri lagi untuk masa jabatan ke-lima.|
Pemerintah
tetap ingin benahi PSSI
Juru bicara
Kementerian Olahraga, Gatot Dewa Broto, menerangkan kepada wartawan bahwa
pemerintah Indonesia "sangat prihatin dan sangat serius dalam mengatasi
masalah ini". Skors dari FIFA akan berarti Indonesia tidak bisa mengikuti
kompetisi Asian Games dan Piala Asia.
Namun dia
menambahkan, pembekuan PSSI adalah bagian dari upaya perbaikan dan meningkatkan
kualitas sepak bola Indonesia.
"Ini
adalah bagian dari upaya perbaikan. Ancaman dari FIFA tidak berarti bahwa
pemerintah akan melakukan langkah mundur, karena sudah berada di jalur yang
benar," kata Gatot kepada wartawan di Jakarta.
Sengketa di
tubuh PSSI juga menyebabkan kemarahan di kalangan pendukung sepak bola. Ratusan
penggemar sepak bola menggelar aksi hari Selasa lalu (05/05/15), menuntut
Presiden Joko Widodo turun tangan. Mereka menuduh FIFA telah dikuasai oleh
"kelompok Mafia" yang hanya ingin mengeruk keuntungan.
PSSI sudah
mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terhadap Kementerian
Pemuda dan Olahraga terkait keputusan pembekuan kegiatan asosiasi. Sidang
pengadilan akan dilanjutkan 18 Mei mendatang.
Langkah PSSI dalam Menghadapi Sanksi oleh FIFA
Seperti yang kita ketahui perkembangan sepak bola di
Indonesia masih kurang optimal. Ditambah lagi dengan masalah PSSI yang diisukan
mendapat sanksi oleh FIFA. Pihak PSSImengaku enggan disalahkan jika sepak bola Indonesia dikenakan sanksi
oleh Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA). Hal itu dikemukakan Wakil Sekjen Bidang
Luar Negeri PSSI Rudolf Yesayas, saat diminta menanggapi batas waktu dari FIFA
untuk menyelesaikan kisruh sepak bola nasional yang jatuh tepat hari ini.
Rudolf mengatakan, PSSI
sejauh ini sudah menjalankan amanat dari FIFA untuk menyelesaikan berbagai
persoalan mengenai kisruh sepak bola. Salah satu upaya tersebut, kata dia,
adalah keinginan untuk merangkul Indonesian Super League (ISL) yang selama ini
dianggap sebagai kompetisi ilegal, untuk bergabung di bawah kepengurusan PSSI.
Kinerja PSSI yang belum optimal membawa dampak kepada persepakbolaan di
Indonesia. Termasuk kisruh yang selalu terjadi pada saat pertandingan sepak
bola. Apabila PSSI diberi sanksi oleh FIFA , PSSI enggan disalahkan karena itu
bukanlah kesalahan dari PSSI. Pihak PSSI sendiri sudah memenuhi kewajiban
seluruhnya.
Apabila pihak PSSI
dikenakan sanksi oleh FIFA, kemungkinan besar adalah kesalahan Indonesia dalam
menangani berbagai kekisruhan selama ini. Di Indonesia supporter sepak bola
kadang membuat keadaan tidak kondusif seperti melempar petasan ke arah lapangan
hingga adu mulut dengan lawan supporter. Hal ini sangat memalukan
persepakbolaan di Indonesia. Bagaimana bisa persepakbolaan di Indonesia bisa
berkembang, kalau keadaan selalu saja tidak kondusif. Perlu diperhatikan untuk
Indonesia terutama pihak PSSI agar meminimalisir keadaan yang selalu terjadi
kekisruhan . Supaya FIFA tidak memberikan sanksi. Kalau memang FIFA memberikan
sanksi kepada PSSI, kemungkinan Indonesia tidak boleh mengikuti event
Internasional. Sangat disayangkan sekali apabila pemain sepak bola kita tidak
bisa mengikuti event internasional.
Oleh karena itu,
dihimbau pihak PSSI maupun menteri olahraga untuk merundingkan bagaimana cara
mengatasi apabila tiba-tiba FIFA menjatuhkan sanksi kepada PSSI. Dan juga
memikirkan keadaan pemain sepak bola kita yang ingin mengikuti event
internasional tersebut.
Komite
Eksekutif Federasi Sepak Bola Internasional, Federation Internationale de
Football Association (FIFA) akhirnya menjatuhkan sanksi untuk
federasi sepakbola Indonesia, PSSI. Dalam surat yang ditandatangani Sekjen
FIFA, Jerome Valcke, yang ditujukan kepada Sekjen PSSI Azwan Karim disebutkan,
ada pelanggaran statuta FIFA berupa intervensi dari pemerintah
Indonesia yang melakukan pembekuan kepada PSSI. Sanksi dari FIFA ini ditanggapi
beragam.
Pengamat
sepak bola Hardimen Koto kepada VOA Minggu (31/5) menyebutkan sanksi FIFA
adalah sebuah pukulan untuk dunia sepak bola Indonesia.
"Sanksi
FIFA adalah pukulan yang jelas menyakitkan buat sepak bola kita. Kita tau
dengan sanksi ini, status keanggotaan Indonesia yang selama 63 tahun menjadi
members dari FIFA itu tercerabut," ujarnya.
Sanksi FIFA terhadap Sepak Bola Indonesia Ditanggapi
Beragam
Herdimen
menjelaskan, akibat sanksi dari FIFA ini, semua tim Indonesia, baik itu tim
nasional di semua level usia termasuk klub-klub tidak boleh berinteraksi dengan
pergaulan internasional, seperti piala ASIA dan kualifikasi Piala Dunia.
Termasuk pula dihapuskannya semua program pengembangan dari FIFA seperti kursus
pelatih dan wasit. Dan juga lanjut Herdimen, semua donasi dari FIFA yang
bentuknya untuk program pengembangan, dihentikan.
Namun
demikian pendapat berbeda disampaikan oleh pengamat sepak bola Kesit Budi
Handoyo. Kepada VOA Kesit memastikan sanksi yang dijatuhkan FIFA bukan akhir
dari nasib dunia sepak bola Indonesia.
Kesit
mengatakan, "Apa yang diberikan FIFA kepada PSSI, sejatinya sih dijadikan
titik balik, dijadikan momentum, jadi inspirasi buat Indonesia untuk membenahi
kondisi sepak bola Indonesia yang selama ini masih morat marit. Jadi saya pikir
jangan kemudian sanksi ini menjadikan sepak bola Indonesia itu kiamat. Dunia
belum kiamat. Kita masih punya banyak kesempatan untuk membenahi ini."
Kesit
berharap, Pemerintah segera melakukan langkah cepat pembenahan dalam tubuh
PSSI. Baik terkait soal audit investigatif dugaan ada mafia anggaran maupun
juga soal dibukanya kembali jadwal pertandingan kompetisi sepak bola di
Indonesia.
"Sekarang
memang bola ada di tangan pemerintah. Pemerintah harus menunjukan
keseriusannya. Bahwa mereka bisa menjalankan niatnya. Tanpa kemudian membuat
persoalan baru. Pembekuan yang dilakukan oleh pemerintah (terhdap PSSI), tidak
serta merta mematikan kegiatan sepak bola itu sendiri. Walaupun tidak berada di
jalur FIFA, tetapi saya pikir pemerintah punya tuga segera menggulirkan
pertandingan sepak bola apapun namanya," tambahnya.
Sementara itu, usai melakukan kunjungan kerja ke sejumlah daerah di Indonesia, Presiden Joko Widodo Sabtu malam (30/5) menegaskan, sanksi FIFA menjadi momen penting untuk melakukan pembenahan sepak bola nasional.
Presiden mengaku kecewa dengan prestasi sepak bola selama 10 tahun terakhir, di antaranya adalah peringkat Indonesia di FIFA sejak 2012 hanya bertengger di posisi 156 dan malah turun menjadi peringkat 159 di 2015 ini
"Selama
10 tahun, prestasi kita itu apa? Prestasi PSSI itu apa? Ini saya punya catatan,
di 2002, 2006, 2010 tidak lolos kualifikasi Asia. Kemudian di piala Asia AFC,
2004 hanya sampai babak 1. 2007 sampai babak 1. 2011 tidak lolos kualifikasi di
tingkat Asia. Kemudian dilihat lagi peringkat di FIFA. Sejak 2012 di angka 156
paling bawah diantara semua negara. 2013, 161 peringkatnya. Di 2014,
peringkatnya 159," ujarnya.
Presiden
memastikan, dirinya tidak ingin, Indonesia hanya sekedar ikut acara
internasional tapi tidak ada prestasi yang membanggakan.
FIFA
akhirnya menjatuhkan sanksi kepada federasi sepakbola Indonesia. FIFA menilai
pemerintah Indonesia sudah melakukan pelanggaran dan hukuman baru akan dicabut
jika intervensi tidak lagi dilakukan. Intervensi pemerintah, sebagaimana
disebutkan FIFA, dianggap merupakan pelanggaran atas Pasal 13 dan 17 dari
Statuta FIFA. Selama masa hukuman, PSSI kehilangan hak keanggotaannya dan semua
tim Indonesia (nasional maupun klub) dilarang melakukan aktivitas internasional
termasuk berpartisipasi di kompetisi FIFA dan AFC.
Meski
demikian, sanksi FIFA tidak berdampak kepada timnas Indonesia yang akan berlaga
di SEA Games 2015 di Singapura. Sebagai pengecualian, timnas Indonesia bisa
berkompetisi di SEA Games sampai selesai.
No comments:
Post a Comment