YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Thursday, June 11, 2015

SANKSI FIFA TERHADAP PSSI (tinjauan dari sisi hak pemain dan penonton sepak bola)



Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) Secara resmi telah menjatuhkan hukuman kepada federasi sepakbola Indonesia (PSSI) Melalui surat yang diberikan pada 29 Mei 2015. Akibat dari sanksi tersebut tentunya sepakbola Indonesia akan mendapatkan kerugian besar seperti tidak bisanya sepakbola Indonesia untuk mengikuti kompetisi antar klub resmi FIFA dan juga AFC.
Dengan adanya sanksi FIFA Tersebut timnas U-16 dan U-19 sudah dipastikan tidak bisa mengikuti turnamen antar klub asia pada sea Games 2015 ini terkecuali timnas U-23 yang sebelum sanksi itu ada mereka sudah berjalan. Hal ini mendapatkan berbagai pendapatkan pro dan kontra dari berbagai pelosok negeri ini, ada yang bilang jika ini sanksi maka akan lahir dunia baru bagi sepakbola Indonesia untuk berkembang, namun di sisi lain, dengan pembekuan ini maka perkembangan sepakbola Indonesia akan semakin sulit untuk maju.

Sanksi FIFA yang tertulis dalam surat resmi tersebut memeberikan syarat kepada PSSI jika masih ingin berlaga dalam kompetisi eropa dan jika syarat itu dipenuhi maka sanksi tersebut akan dicabut, berikut syarat yang FIFA berikan kepada PSSI dalam surat tersebut :

·         Komite PSSI yang terpilih mampu mengelolah urusan PSSI secara independen dan tanpa pengaruh dan campurtangan dari pihak ketiga termasuk menteri atau lembaganya.

·         Tanggungjawab untuk tim nasional Indonesia wewenangnya dikembalikan kepada PSSI Sepenuhnya bukan badan lainnya

·         Tanggungjawab Semua Kompetisi PSSI Dikembalikan wewenangnya kepada PSSI atau liga yang berada dibawahnya dan

·         Semua klub yang mendapatkan lisensi dari PSSI Berdasarkan regulasi lisensi klub PSSI Mampu bersaing di kompetisi PSSI.

Dengan adanya syarat tersebut, sudah pasti PSSI-lah yang berkewajiban untuk mengurus semuanya bukan politik dan lembaga lain yang ikut mencampuri urusan sepakbola Indonesia, Jika satu lembaga saja bisa mengurusi tanpa ada campur tangan yang lain yang kita tahu memiliki kepentingan sepihak maka sudah pasti FIFA akan memberikan hukuman hal serupa dan sepakbola Indonesia tak akan pernah bisa berkembang sampai kapanpun. Semoga saja ada solusi baik demi kemajuan sepakbola dan generasi berikutnya untuk sepakbola Indonesia

Indonesia menanggung kerugian berlapis setelah Komite Eksekutif FIFA menangguhkan kegiatan PSSI atas pelanggaran Pasal 13 dan 17 Statuta FIFA terkait campur tangan pemerintah dalam urusan asosiasi. Semua klub Indonesia dan tim nasional dilarang ambil bagian dalam agenda kompetisi yang diselenggrakan Asia (AFC) dan dunia (FIFA). Namun tim nasional U-23 Indonesia masih diizinkan berpartisipasi dalam SEA Games 2015 di Singapura.

Selain itu pihak penyelenggara juga terpaksa mengubah jadwal pentandingan dan melakukan pengundian ulang terkait dicoretnya Indonesia dari ajang internasional. Berikut kerugian yang diderita Indonesia dilansir dari situs resmi AFC, Rabu:

1. Piala Dunia Rusia dan Piala Asia Uni Emirat Arab
Indonesia semestinya berada di Grup F Babak kualifikasi putaran kedua namun telah dikeluarkan dari kompetisi. Semua pertandingan yang telah dijadwalkan (Cina Taipei v Indonesia 11 Juni dan Indonesia v Irak 16 Juni) telah dibatalkan.

Imbasnya pada kompetisi adalah perhitungan tim terbaik di posisi kedua klasemen fase grup dalam turnamen akan merujuk pada surat edaran yang telah dikeluarkan Asosiasi Anggota pada 29 April 2015. Semua pihak yang terkena dampak telah diberitahu.

2. Kualifikasi AFC U-16 dan AFC U-19
Indonesia dicoret dari daftar peserta kompetisi AFC U-16 dan AFC U-19 serta tidak ikut undian pada tanggal 5 Juni. Absennya Indonesia memaksa mekanisme undian diperbarui kendati tidak mempengaruhi jumlah grup dalam kompetisi.

3. Kejuaraan Regional Wanita AFC U-14
Indonesia dikeluarkan dari Grup A sehingga baik Grup A dan Grup B sama-sama memiliki empat tim yang berpartisipasi. Perubahan ini akan mempengaruhi tanggal dimulainya kompetisi Grup A menjadi 23 Juni (sebelumnya 20 Juni).

4. Kejuaraan Futsal Wanita AFC Malaysia 2015

Nama tim Indonesia tidak tertera didaftar peserta sehingga mekanisme undian diperbarui kendati tidak mempengaruhi jumlah grup dalam kompetisi.

5. Kejuaraan Futsal AFC 2016 (kualifikasi zona AFF)

Indonesia awalnya ditunjuk tuan rumah kompetisi ini namun pihak otoritas berwenang kemudian mencoret nama Indonesia dan memilih Uzbekistan 2016 menjadi penyelenggara.

6. Piala AFC 2015
Dua klub Indonesia yang lolos ke babak 16 besar Persipura Jayapura dan Persib Bandung resmi dicoret dari kompetisi ini. Sebelumnya Persipura tidak bertanding karena masalah visa tiga pemain Pahang FA.

7. Program pengembangan

Selama hukuman diterapkan, sepakbola Indonesia juga tidak mendapatkan program pembangunan AFC dan FIFA. Pejabat PSSI tidak diperbolehkan berpartisipasi dalam kursus pelatihan, seminar atau lokakarya AFC atau FIFA.
PSSI sendiri menerima surat dari FIFA tertanggal 4 Mei 2015, di mana isinya memperingatkan agar permasalahan sepak bola Indonesia sebelum tanggal 29 Mei 2015. Ketua Umum PSSI, La Nyalla Matalitti, berniat menyampaikan surat FIFA tersebut secara langsung kepada Menpora Imam Nahrawi di kantornya, sayangnya politisi Partai Kebangkitan Bangsa itu tak menemui PSSI. 
Dalam surat itu, FIFA menolak tegas adanya intervensi dari pemerintah terhadap sepak bola di belahan dunia manapun. Mereka memberikan batas waktu hingga tanggal 29 Mei 2015 bagi PSSI dan Kemenpora untuk segera menemukan solusi.
"Kami ingin menyampaikan surat FIFA pada pak Menteri yang intinya peringatan dari FIFA sampai batas waktu tanggal 29 Mei 2015, intinya Menpora dan PSSI harus duduk bersama menyelesaikan masalah ini, cabut pembekuan demi sepak bola Indonesia," ujar La Nyalla di kantor Kemenpora, Selasa (5/5/2015).
"Jika sampai tanggal 29 Mei nanti belum terselesaikan, maka dengan berat hati kita tidak bisa ikut SEA Games, Pra Piala Dunia, AFF, dan AFC. Sudah jelas Indonesia tidak bisa berhubungan dengan sepak bola Internasional jika sanksi itu jatuh," lanjutnya. 
(Surat dari FIFA untuk PSS )
Mengenai kegagalannya menemui Menpora, Imam Nahrawi, La Nyalla menambahkan, ini bukan pertama kalinya dia mencoba menemui langsung ke Kemenpora. Namun, niat La Nyalla bertemu Menpora tak pernah membuahkan hasil, kendati dia mengetahui lewat informasi orang Kemenpora bahwa Imam Nahrawi berada di ruangan kantornya saat dia berkunjung.
PSSI sebelumnya memutuskan untuk meniadakan kompetisi ISL musim ini, setelah keputusan pembekuan yang dilakukan Menpora. Selain itu, Menpora juga menginstruksikan kepolisian untuk tidak memberikan izin menggelar pertandingan ISL 2015. La Nyalla memiliki hasrat pribadi untuk segera menyelesaikan kisruh dengan duduk bersama Menpora.
"Saya bermimpi agar segera menyelesaikan masalah ini, sepak bola kita jalan lagi. Saya duduk bersama dengan bapak Menpora, Imam Nahrawi. Jika ingin selesai, kedua pihak harus sama-sama Legowo," pungkas La Nyalla. 

FIFA Mengancam, Indonesia Bersikukuh Bekukan PSSI
Pemerintah Indonesia bersikukuh mempertahankan keputusan membekukan semua kegiatan asosiasi sepak bola nasional PSSI, meskipun FIFA mengancam akan mengeluarkan Indonesia dari kompetisi internasional.
Kementerian Olahraga menerangkan sedang berusaha untuk melakukan perbaikan dan mungkin mengirim tim untuk melobi Federasi Sepakbola Dunia FIFA, setelah lembaga itu mengancam akan menjatuhkan sanksi dan melarang Indonesia ikut dalam kompetisi internasional.
Peringatan FIFA disampaikan lewat surat dan senada dengan surat-surat sebelumnya, FIFA meminta pemerintah Indonesia tidak melakukan intervensi dalam organisasi asosiasi sepakbolanya.
Sebelumnya Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nachrawi membekukan semua kegiatan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) karena sengketa dan kisruh dalam tubuh organisasi itu. Kementerian Olahraga menyatakan akan membentuk tim transisi untuk menyelesaikan sengketa ini.
Menpora Imam Nahrawi menerangkan, ia masih mendalami nama-nama yang akan mengisi tim transisi dan akan mengumumkannya dalam waktu dekat.

FIFA tolak intervensi pemerintah
FIFA menegaskan bahwa otoritas pemerintahan tidak bisa mengintervensi aosiasi dan asosiasi sepak bola yang berada di bawah naungan FIFA harus independen. Dunia sepak bola Indonesia sejak beberapa tahun terakhir mengalami krisis mendalam karena pertarungan klik-klik yang ingin menguasai PSSI, sehingga akhirnya terbentuk dua liga Indonesia yang terpisah.
Sekretaris Jenderal FIFA Jerome Valcke menerangkan, pemerintah Indonesia harus mencabut keputusannya membekukan PSSI dan memberi batas waktu (deadline) sampai 29 Mei. Jika menolak, Indonesia akan terkena skors.Valcke menegaskan, pemerintah Indonesia melanggar aturan FIFA yang menetapkan bahwa semua asosiasi sepak bola harus mengelola urusan mereka secara independen, tanpa intervensi dari pihak ketiga.
Tanggal 29 Mei bersamaan dengan pemilihan ketua FIFA di Zurich, Swiss. Presiden FIFA saat ini, Sepp Blattter, mencalonkan diri lagi untuk masa jabatan ke-lima.|
Pemerintah tetap ingin benahi PSSI
Juru bicara Kementerian Olahraga, Gatot Dewa Broto, menerangkan kepada wartawan bahwa pemerintah Indonesia "sangat prihatin dan sangat serius dalam mengatasi masalah ini". Skors dari FIFA akan berarti Indonesia tidak bisa mengikuti kompetisi Asian Games dan Piala Asia.
Namun dia menambahkan, pembekuan PSSI adalah bagian dari upaya perbaikan dan meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia.
"Ini adalah bagian dari upaya perbaikan. Ancaman dari FIFA tidak berarti bahwa pemerintah akan melakukan langkah mundur, karena sudah berada di jalur yang benar," kata Gatot kepada wartawan di Jakarta.
Sengketa di tubuh PSSI juga menyebabkan kemarahan di kalangan pendukung sepak bola. Ratusan penggemar sepak bola menggelar aksi hari Selasa lalu (05/05/15), menuntut Presiden Joko Widodo turun tangan. Mereka menuduh FIFA telah dikuasai oleh "kelompok Mafia" yang hanya ingin mengeruk keuntungan.
PSSI sudah mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terhadap Kementerian Pemuda dan Olahraga terkait keputusan pembekuan kegiatan asosiasi. Sidang pengadilan akan dilanjutkan 18 Mei mendatang.

Langkah PSSI dalam Menghadapi Sanksi oleh FIFA
Seperti yang kita ketahui perkembangan sepak bola di Indonesia masih kurang optimal. Ditambah lagi dengan masalah PSSI yang diisukan mendapat sanksi oleh FIFA. Pihak PSSImengaku enggan disalahkan jika sepak bola Indonesia dikenakan sanksi oleh Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA). Hal itu dikemukakan Wakil Sekjen Bidang Luar Negeri PSSI Rudolf Yesayas, saat diminta menanggapi batas waktu dari FIFA untuk menyelesaikan kisruh sepak bola nasional yang jatuh tepat hari ini.
Rudolf mengatakan, PSSI sejauh ini sudah menjalankan amanat dari FIFA untuk menyelesaikan berbagai persoalan mengenai kisruh sepak bola. Salah satu upaya tersebut, kata dia, adalah keinginan untuk merangkul Indonesian Super League (ISL) yang selama ini dianggap sebagai kompetisi ilegal, untuk bergabung di bawah kepengurusan PSSI. Kinerja PSSI yang belum optimal membawa dampak kepada persepakbolaan di Indonesia. Termasuk kisruh yang selalu terjadi pada saat pertandingan sepak bola. Apabila PSSI diberi sanksi oleh FIFA , PSSI enggan disalahkan karena itu bukanlah kesalahan dari PSSI. Pihak PSSI sendiri sudah memenuhi kewajiban seluruhnya.
Apabila pihak PSSI dikenakan sanksi oleh FIFA, kemungkinan besar adalah kesalahan Indonesia dalam menangani berbagai kekisruhan selama ini. Di Indonesia supporter sepak bola kadang membuat keadaan tidak kondusif seperti melempar petasan ke arah lapangan hingga adu mulut dengan lawan supporter. Hal ini sangat memalukan persepakbolaan di Indonesia. Bagaimana bisa persepakbolaan di Indonesia bisa berkembang, kalau keadaan selalu saja tidak kondusif. Perlu diperhatikan untuk Indonesia terutama pihak PSSI agar meminimalisir keadaan yang selalu terjadi kekisruhan . Supaya FIFA tidak memberikan sanksi. Kalau memang FIFA memberikan sanksi kepada PSSI, kemungkinan Indonesia tidak boleh mengikuti event Internasional. Sangat disayangkan sekali apabila pemain sepak bola kita tidak bisa mengikuti event internasional.
Oleh karena itu, dihimbau pihak PSSI maupun menteri olahraga untuk merundingkan bagaimana cara mengatasi apabila tiba-tiba FIFA menjatuhkan sanksi kepada PSSI. Dan juga memikirkan keadaan pemain sepak bola kita yang ingin mengikuti event internasional tersebut.
Komite Eksekutif Federasi Sepak Bola Internasional, Federation Internationale de Football Association (FIFA) akhirnya menjatuhkan sanksi untuk federasi sepakbola Indonesia, PSSI. Dalam surat yang ditandatangani Sekjen FIFA, Jerome Valcke, yang ditujukan kepada Sekjen PSSI Azwan Karim disebutkan, ada pelanggaran statuta FIFA berupa intervensi dari pemerintah Indonesia yang melakukan pembekuan kepada PSSI. Sanksi dari FIFA ini ditanggapi beragam. 
Pengamat sepak bola Hardimen Koto kepada VOA Minggu (31/5) menyebutkan sanksi FIFA adalah sebuah pukulan untuk dunia sepak bola Indonesia.
"Sanksi FIFA adalah pukulan yang jelas menyakitkan buat sepak bola kita. Kita tau dengan sanksi ini, status keanggotaan Indonesia yang selama 63 tahun menjadi members dari FIFA itu tercerabut," ujarnya. 

Sanksi FIFA terhadap Sepak Bola Indonesia Ditanggapi Beragam
Herdimen menjelaskan, akibat sanksi dari FIFA ini, semua tim Indonesia, baik itu tim nasional di semua level usia termasuk klub-klub tidak boleh berinteraksi dengan pergaulan internasional, seperti piala ASIA dan kualifikasi Piala Dunia. Termasuk pula dihapuskannya semua program pengembangan dari FIFA seperti kursus pelatih dan wasit. Dan juga lanjut Herdimen, semua donasi dari FIFA yang bentuknya untuk program pengembangan, dihentikan. 
Namun demikian pendapat berbeda disampaikan oleh pengamat sepak bola Kesit Budi Handoyo. Kepada VOA Kesit memastikan sanksi yang dijatuhkan FIFA bukan akhir dari nasib dunia sepak bola Indonesia. 
Kesit mengatakan, "Apa yang diberikan FIFA kepada PSSI, sejatinya sih dijadikan titik balik, dijadikan momentum, jadi inspirasi buat Indonesia untuk membenahi kondisi sepak bola Indonesia yang selama ini masih morat marit. Jadi saya pikir jangan kemudian sanksi ini menjadikan sepak bola Indonesia itu kiamat. Dunia belum kiamat. Kita masih punya banyak kesempatan untuk membenahi ini."
Kesit berharap, Pemerintah segera melakukan langkah cepat pembenahan dalam tubuh PSSI. Baik terkait soal audit investigatif dugaan ada mafia anggaran maupun juga soal dibukanya kembali jadwal pertandingan kompetisi sepak bola di Indonesia.
"Sekarang memang bola ada di tangan pemerintah. Pemerintah harus menunjukan keseriusannya. Bahwa mereka bisa menjalankan niatnya. Tanpa kemudian membuat persoalan baru. Pembekuan yang dilakukan oleh pemerintah (terhdap PSSI), tidak serta merta mematikan kegiatan sepak bola itu sendiri. Walaupun tidak berada di jalur FIFA, tetapi saya pikir pemerintah punya tuga segera menggulirkan pertandingan sepak bola apapun namanya," tambahnya.

Sementara itu, usai melakukan kunjungan kerja ke sejumlah daerah di Indonesia, Presiden Joko Widodo Sabtu malam (30/5) menegaskan, sanksi FIFA menjadi momen penting untuk melakukan pembenahan sepak bola nasional.

Presiden mengaku kecewa dengan prestasi sepak bola selama 10 tahun terakhir, di antaranya adalah peringkat Indonesia di FIFA sejak 2012 hanya bertengger di posisi 156 dan malah turun menjadi peringkat 159 di 2015 ini
"Selama 10 tahun, prestasi kita itu apa? Prestasi PSSI itu apa? Ini saya punya catatan, di 2002, 2006, 2010 tidak lolos kualifikasi Asia. Kemudian di piala Asia AFC, 2004 hanya sampai babak 1. 2007 sampai babak 1. 2011 tidak lolos kualifikasi di tingkat Asia. Kemudian dilihat lagi peringkat di FIFA. Sejak 2012 di angka 156 paling bawah diantara semua negara. 2013, 161 peringkatnya. Di 2014, peringkatnya 159," ujarnya.
Presiden memastikan, dirinya tidak ingin, Indonesia hanya sekedar ikut acara internasional tapi tidak ada prestasi yang membanggakan.
FIFA akhirnya menjatuhkan sanksi kepada federasi sepakbola Indonesia. FIFA menilai pemerintah Indonesia sudah melakukan pelanggaran dan hukuman baru akan dicabut jika intervensi tidak lagi dilakukan. Intervensi pemerintah, sebagaimana disebutkan FIFA, dianggap merupakan pelanggaran atas Pasal 13 dan 17 dari Statuta FIFA. Selama masa hukuman, PSSI kehilangan hak keanggotaannya dan semua tim Indonesia (nasional maupun klub) dilarang melakukan aktivitas internasional termasuk berpartisipasi di kompetisi FIFA dan AFC.
Meski demikian, sanksi FIFA tidak berdampak kepada timnas Indonesia yang akan berlaga di SEA Games 2015 di Singapura. Sebagai pengecualian, timnas Indonesia bisa berkompetisi di SEA Games sampai selesai.


No comments:

Post a Comment