YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Thursday, December 26, 2013

Budaya Mudik Dan Permasalahannya


Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “mudik’ diartikan sebagai: 1. (berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman). 2. pulang ke kampung halaman,sedangkan dalam bahasa inggris mudik berarti (home to the village) atau biasa dikatakan pulang kampung. Adapun istilah mudik dalam ilmu social sama dengan mobilitas yaitu merupakan fenomena pergerakan manusia dari suatu daerah tujuan ke daerah asal dalam batas wilayah dan waktu tertentu. Fenomena mudik bisa terjadi dimana saja selama manusia melakukannya namun hal ini tergantung dari beberapa faktor yang menyebabkan fenomena mobilitas terjadi. Akan tetapi fenomena mobilitas ini lebih sering ditemukan di masyarakat perkotaan yang senantiasa setiap hari melakukan berbagai aktifitasnya.
“Dimana fenomena mudik terjadi” Sudah barang tentu mudik biasa terjadi di kota kota besar, hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia melakukan migrasi dari desa ke kota. Mereka melakukan perpindahan secara temporer bahkan ada juga yang menetap. Pergerakan ini disebabkan berbagai factor diantaranya yaitu push factor (factor pendorong) dan pull factor (factor penarik). Sebagimana menurut Abdurachmat (Harmanto, 2008:42)  salah satu factor pendorong dari desa diantaranya yaitu : Menyempitnya lapangan pekerjaan di sector agraris, fasilitas pendidikan di desa kurang memadai, upah di desa rendah dll. Sedangkan factor penarik yaitu daerah tujuan atau kota sebagai tujuannya diantaranya yaitu : lapangan pekerjaan di kota beragam, fasilitas social memadai, sebagai pusat pengembangan budaya, upah dikota tinggi, kota sebagai pusat pemasaran. Factor inilah yang melatarbelakangi seseorang melakukan perpindahan (mobilitas penduduk) ke kota. Banyaknya masyarakat desa yang pergi ke kota tentunya membawa pengaruh baik bagi desa (tempat asal) maupun bagi kota (tempat tujuan) sehingga hal ini juga merupakan salah satu timbulnya mudik yang terjadi setiap tahunnya.
Kapan fenomena mudik terjadi? Mudik sebetulnya tidak hanya terjadi setiap tahun. Bisa saja seseorang melakukan mudik secara harian, mingguan, bahkan bulanan. Bagi yang melakukan mudik secara harian biasanya dilakukan oleh seseorang yang tidak jauh dari tempat tinggalnya, sebagai contoh seseorang bekerja di kota namun tempat tinggal di daerah pinggiran kota, sehingga pada waktu pagi hari dia berangkat bekerja ke tempat tujuan dan pada sore hari pulang lagi ke daerah asalnya (tempat tinggalnya) istilah lain yaitu commuter/ulak alik. Bagi sebagian orang terkadang mudik dilakukan setiap minggu, kebiasaan ini dilakukan seseorang yang bekerja di daerah kota namun tempat tinggal di daerah pinggiran. Pada umumnya alasan sesorang melakukan mobilitas sirkuler ini yaitu untuk menekan biaya transportasi pulang pergi dari tempat asal ke tujuan sehingga orang tersebut menetap sementara di tempat kerja dalam waktu beberapa hari setelah itu  pulang kampung dalam waktu mingguan. Selanjutnya adapula seseorang melakukan mudik dalam jangka bulanan, biasanya hal ini dilakukan oleh para karyawan pabrik yang berada dikawasan dekat dengan tempat ia bekerja alasannya tentunya sama halnya dengan para pekerja yang melakukan mudik mingguan yaitu menekan biaya ongkos dan memudahkan dalam melakukan pekerjaan agar lebih efektif tepat waktu. Kebiasaan ini banyak terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Tangerang, Bandung, Surabaya dll. Mobilitas sirkuler ini tentunya bagi para pekerja yang dekat dengan wilayah dia tinggal Sebagai contoh orang Pandeglang bekerja di Tangerang atau orang Serang bekerja di Jakarta.  Selain itu ada pula mudik yang bersifat tahunan, bentuk mobilitas ini biasanya dilakukan seseorang sekali dalam satu tahun, hal ini merupakan kebiasaan bahkan menjadi sebuah tradisi bagi masyarakat kita. kegiatan rutinitas tahunan ini biasanya dilakukan pada saat bulan Ramadhan menjelang hari besar idoel fitri (Lebaran). Adapun seseorang yang melakukan mobilitas ini tentunya sebagian besar masyarakat desa yang tinggal di kota kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan yang lainnya. Bahkan tidak hanya bagi masyarakat desa akan tetapi bagi masyarakat yang sudah menetap di kota pada kesempatan ini sengaja meluangkan waktu untuk mengunjungi sanak saudara atau orang tua, hal ini tentunya bagi masyarakat kota yang masih memiliki sanak saudara yang tinggal di desa atau kota lainnya.   Oleh sebab itu dalam kajian geografi mudik merupakan migrasi temporer (mobilitas sirkuler) yang mana penduduk melakukan perpindahan dalam batasan wilayah dan waktu tertentu.  Bentuk mobilitas sirkuler ini berupa mingguan, bulanan atau setiap tahun sekali.
Kenapa mudik terjadi? Mudik terjadi bukan semata mata sebagai bentuk mobilitas sirkuler semata namun mudik sudah menjadi budaya bangsa Indonesia, mudik merupakan salah satu kebiasaan yang dilakukan masyarakat Indonesia sejak dulu. Bahkan sejak manusia purba, budaya mudik sudah ada salah satunya yaitu  dalam kebiasaan hidup berkelompok, manusia purba melakukan kegiatan berburu dan meramu yang mana seorang kepala rumah tangga pergi berburu  secara berkelompok bersama sama sedangkan para istrinya menunggu di rumah untuk  mengurusi anak dan menjaga rumah sampai suaminya datang. Kegiatan ini terkadang berhari-hari bahkan berminggu minggu, setelah itu baru mereka melakukan mudik atau pulang ke tempat asalnya dengan membawa hasil buruan untuk kebutuhan hidupnya. Bisa dikatakan berburu dan meramu,merupakan salah satu cirri dari masyarakat purba, namun ada juga kebiasaan manusia purba yang lain yaitu hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya guna mencari kebutuhan hidupnya apabila tempat yang dia tinggali sudah tidak bisa mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga mereka melakukan ekspansi ke wilayah lain. istilah ini biasa dikatakan sebagai Nomaden. Begitupun pada masyarakat sekarang ini fenomena mudik terjadi karena adanya fenomena migrasi, artinya bahwa kenapa ada mudik jawabannya karena adanya migrasi. Mustahil adanya mudik apabila tidak ada migrasi. Oleh sebab itu jika kita perhatikan dari tahun ke tahun fenomena mudik semakin bertambah hal ini tentunya seiring dengan jumlah migrasi ke kota-kota besar. Menurut survey beberapa kota yang menjadi sasaran mirgasi penduduk diantaranya yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan hal ini dilihat dari jumlah pertambahan penduduk tiap tahun yang terus meningkat.

Masyarakat transisi  dan budaya mudik

Menurut Pasya dkk (2004 :206) masyarakat transisi merupakan masyarakat yang berada diantara masyarakat tradisional dengan masyarakat modern, atau masyarakat peralihan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Lebih jelasnya menyatakan bahwa Kehidupan masyarakat ini umumnya berada pada wilayah marginal atau pinggiran kota –desa, secara fisik masih berada dalam di daerah administrasi desa tetapi pengaruh kota terhadap kehidupan sudah nampak. Sejalan dalam itu Pasya (2004: 212) membagi masyarakat transisi berdasarkan letak dimana masyarakat itu berada, pembagian tersebut yaitu masyarakat transisi yang berada di pedesaan, masyarakat transisi yang berada di pinggiran kota, dan masyarakat transisi yang berada di perkotaan. dari ketiga masyarakat transisi tersebut memiliki ciri –ciri yang khas dalam perkembangannya terutama dalam pendidikan, mata pencaharian, kesehatan, lingkungan, dan mentalitas penduduknya. Berkaitan dengan masalah kependudukan dalam hal ini yaitu masalah urbanisasi dan perilaku masyarakatnya ternyata masyarakat transisi yang berada di kota yang lebih banyak menimbulkan masalah social, seperti kesenjangan, kesehatan, konflik dll. Hal ini dikarenakan mereka hidup dan menjadi masyarakat kota namun masih banyak yang masih membawa sifat dan sikap (mentalitas) tradisional sebagimana dibawa dari daerah asal. Mentalitas  sebagai masyarakat transisi bagi mereka yang berada di perkotaan sebagai pendatang, tidak akan secara langsung menjadi masyarakat modern melainkan memerlukan proses yang kecepatannya tergantung  pada mereka sendiri untuk cepat berubah dan menyesuaikan diri mejadi masyarakat modern. Perubahan mentalitas ini tentunya akan lambat apabila masyarakat pendatang masih bergaul dan bertempat tinggal dan berusaha dengan yang memiliki mentalitas yang sama.
Fenomen mudik hubungannya dengan masyarakat transisi, sejauh ini fenomena mudik terjadi dikota-kota besar, namun jika kita analisis lagi bahwa masyarakat yang melakukan mudik bukan masyarakat kota asli, akan tetapi masyarakat desa yang hidup di kota sehingga bisa dikatakan masyarakt tersebut adalah masyarakat transisi, sebagaimana yang telah dijelasakn bahwa masyarakat transisi ini masih bersifat tradisional artinya secara jasmani tinggal di kota namun secara mental masih memiliki sifat daerah asal, sehingga budaya-budaya local masih dipegang erat. Berbeda dengan masyarakat kota yang cenderung hidup modern, yang selalu menganggap segala sesuatu diukur dengan materialistic, sehingga gaya hidupnya cenderung lebih bersifat duniawi. Oleh sebab itu apabila dikaitkan dengan masalah mudik tentunya masyarakat transisi yang lebih banyak disoroti karena masyarakat inilah yang lebih banyak melakukan mudik dalam konteks tradisi. Masyarakat transisi ini cenderung melakukan mudik sebagai suatu tradisi yang harus dilakukan sebagai wujud kepatuhan terhadap adat keluarga di dalam daerah tertentu. apalagi budaya mudik ini tidak akan terlepas dari perkembangan bangsa ini, karena hanya bangsa-bangsa yang sedang berkembang yang memiliki banyak masyarakat transisi yaitu peralihan masyarakat tradisional menuju masyarakat modern.
Bagaimana mengatasi mudik? sebagian orang mudik merupakan masalah bagi pemerintah, namun ada  juga fenomena mudik ini merupakan hal yang wajar karena merupakan sebuah tradisi suatu bangsa, akan tetapi apabila mudik dijadikan sebuah permasalahan tentunya harus dicari solusi agar fenomena mudik ini dapat terselesaikan. Untuk menjawab pertanyaan ini tentunya akan lebih mudah di jawab apabila kita memahami apa itu fenomena mudik, kenapa dan mengapa sehingga akan ada solusi yang relevan dan akurat. Sudah dikemukakan diatas bahwa fenomena mudik merupakan gejala yang ditimbulkan akibat dari migrasi penduduk, dalam hal ini yaitu masuknya masyarakat pedesaan ke kota dalam jumlah yang banyak. Namun disisi lain bahwa tidak semata-mata penduduk melakukan migrasi tanpa ada alasan yang jelas ke daerah tujuan. Oleh sebab itu yang perlu dikaji adalah kenapa sebagian penduduk desa melakukan migrasi ke kota, alasan inilah yang harus ditangani oleh pemerintah agar penduduk desa tetap tinggal di daerahnya masing-masing namun masyarakat dapat sejahtera. Sebagai gambaran nya yaitu sejauhmana pemerintah memberikan pelayanan dan pemerataan pembangunan di berbagai bidang pada daerah secara merata agar tekanan migrasi ke kota semakin kecil. Namun  sejauh ini dapat kita rasakan bersama bagaimana pemerintah membangun bangsa ini bukan semakin maju malahan semakin terpuruk.

B. Mudik dan permasalahan sosial kependudukan

Fenomena mudik tidak hanya dilihat sebagai sebuah fenomena sosial masyarakat yang menggambarkan keberadaan masyarakat dalam gelombang gerakan mobilisasi arus balik yang besar, melakukan kegiatan pulang kampung secara serempak menjelang hari tertentu tetapi juga, dilihat dari permasalahan-permasalahan yang akan ditimbulkannya. Secara demografis fenomena mudik akan sangat berdampak pada kegiatan masyarakat di berbagai daerah, lokasi atau tempat.
Masalah-masalah yang ditimbulkan di berbagai lokasi yang menjadi pusat utama terjadinya mobilisasi arus mudik, adalah antara lain semakin meningkatnya angka kecelakaan, akibat keteledoran para pemudik yang kurang perduli untuk menjaga keselamatan mereka selama terjadi kegiatan arus mudik, baik itu tanpa mengunakan helm pengaman kepala ketika pergi mudik terutama terhadap anak-anak. Termasuk membawa barang-barang muatan yang melebihi kapasitas kendaraan disamping itu tidak jarang terlihat bahwa banyak kendaraan lebaran yang mengangkut penumpang lebih banyak dari pada kemapuan beban kendaraan untuk mengangkut hingga kendaaraan tidak seimbang akibatnya banyak kasus kecelakan yang meningkat memakan banyak korban diberbagai tempat, juga selama perjalanan tindak kriminalitas semakin meningkat yang sasaranya adalah para pemudik tidak jarang ada yang mengalami kasus perampokan, pembiusan dan pencopetan. Tindakan kriminal yang terjadi itu bukan hanya terjadi diperjalanan para pemudik tetapi juga meningkat pada daerah-daerah tertentu, dimana daerah yang lokasi masyarakat urbannya padat ketika musim mudik datang dan para pemudik meninggalkan rumah mereka untuk pulang kampung. Tidak jarang pada saat-saat tersebut rumah mereka dijarah oleh para perampok.
Dampak yang lebih telihat pada kependudukan ialah selama mobilisasi arus mudik terjadi, kota yang padat akan ditinggalkan selama mudik oleh para perantau kembali kekampung halaman mereka sehingga kota bias saja terlihat lenggang atau sepi karena penduduk asli perkotaan bisa saja sangat sedikit jumlahnya dibanding jumlah pendatang yang mengadu nasib di kota tersebut, akibatnya karena banyak rumah yang ditinggalkan para perantau. Sering mengalami perampokan di rumah-rumah yang mereka tinggal pergi mudik dan saat pulang kembali barang-barang mereka sudah habis dijarah rampok. Itu artinya fenomena mudik menimbulkan tindak kriminal yang meningkat.
Selain itu ketika tiba saatnya mobilisasi arus mudik dari kampong kembali ke kota, membawa dampak yang buruk adanya pertambahan jumlah penduduk perkotaan dibanding sebelumnya, akibat tidak jarang penduduk yang dulunya merantau pulang kembali kekampung, dan kembali lagi ke kota untuk bekerja membawa sanak-saudara mereka untuk ikut menetap dikota baik itu sama-sama mengadu nasib atau ada hal lainnya yang mempenagruhi mereka menetap dikota. Hal seperti itu terjadi karena para perantau yang pulang kekemapung mereka, terkesan sukses dimata para tetangga dan keluarganya karena sewaktu pulang kampung tidak jarang mereka membawa uang dalam jumlah besar dan juga oleh-oleh yang banyak. Selain itu mereka juga menceritakan kepda warga kampungnya mengenai kesuksesan mereka selama tinggal di kota mereka cenderung malu jika menceritakan kegagalan mereka di kota.
Efeknya tanpa tau buruk dan beratnya hidup diperkotaan orang yang dulunya tinggal dikampung cenderung untuk ikut merantau pergi kekota ikut mengadu nasib. Sehingga perkampungan yang kebanyakan ditinggalkan orang-orangnya pergi merantau ke kota juga mengalami dampak yang buruk karena jumlah penduduknya berkurang dan biasanya yang tinggal dikampung hanya mereka yang berusia tua atau lanjut yang tetap bertahan di kampung untuk menjaga rumah dan lahan mereka, selain itu karena usia tua juga mereka sudah tidak sanggup untuk bekerja berat dan berpikir cukup hanya hidup dengan hasil lahan. Anak-anak juga ditinggalkan dikampung tidak ikut merantau tetapi kalau sudah besar mereka juga cenderung ikut merantau mengikuti jejak teman-teman, atau keluarga mereka yang sudah merantau ke kota lebih dulu dari pada mereka. Selain itu masyarakat yang juga sudah merantau ke kota walau hidupnya tidak sukses juga setelah merantau ke kota tidak berani pulang kekampung karena malu jika pulang kampung tanpa membawa apa-apa. Sehingga image bahwa merantau mengadu nasib ke kota akan menuai sukses semakin kuat mendorong ornag memadati perkotaan. Akibatnya desa atau kampung yang belum maju dan modern kehidupanya, akan sepi penduduknya akibat migrasi penduduknya ke kota sehingga perkotaan akan lebih padat penduduknya dari pada di desa sehingga persebaran penduduk tidak mengalami keseimbangan

SUMBER       :
http://gungun82.wordpress.com/2012/07/30/budaya-mudik-ciri-dari-masyarakat-transisi/
http://agrissintahelwigantang.wordpress.com/2010/03/27/budaya-mudik-dan-permasalahan-sosial/